Upacara Hari Raya Kuningan: Tradisi Suci dan Simbol Keharmonisan Umat Hindu Bali

Upacara Hari Raya Kuningan merupakan salah satu perayaan keagamaan penting bagi umat Hindu, khususnya di Pulau Bali. Hari suci ini dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan, berdasarkan kalender pawukon Bali.

Upacara Kuningan memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai hari persembahan dan penghormatan kepada para dewa serta leluhur yang kembali ke kayangan setelah berkunjung ke dunia pada saat Galungan. Bagi umat Hindu, Hari Raya Kuningan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga momen introspeksi dan penyucian diri untuk mencapai keseimbangan hidup.

Baca Juga: Makna Hari Raya Kuningan: Simbol Syukur dan Keharmonisan dalam Kehidupan Umat Hindu Bali

Asal Usul dan Latar Belakang Upacara Hari Raya Kuningan

Secara filosofis, Upacara Hari Raya Kuningan berakar dari ajaran Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kesejahteraan hidup manusia: hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Kata “Kuningan” berasal dari kata kuning yang melambangkan kemurnian, kebahagiaan, dan kemakmuran. Warna kuning dianggap suci dalam ajaran Hindu Bali, karena mewakili sinar suci Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kepercayaan Hindu, para dewa dan leluhur turun ke dunia pada Hari Raya Galungan untuk memberikan berkah, dan pada Hari Raya Kuningan, mereka kembali ke kahyangan. Oleh karena itu, umat Hindu mengadakan upacara persembahyangan dan sesajen (banten) sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas anugerah yang diberikan.

Pelaksanaan Upacara Hari Raya Kuningan

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Upacara Hari Raya Kuningan dilaksanakan pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, yang jatuh setiap 210 hari sekali. Pelaksanaannya dimulai sejak pagi hari hingga sekitar pukul 12.00 siang, karena diyakini bahwa setelah tengah hari, para dewa dan leluhur telah kembali ke alam suci.

Tempat persembahyangan dilakukan di pura keluarga, pura desa, dan pura kahyangan, disertai dengan doa bersama, pembacaan mantra suci, dan penataan sesajen khusus.

Rangkaian dan Simbol Upacara

1. Banten Kuningan (Sesajen Suci)

Dalam Upacara Hari Raya Kuningan, sesajen memiliki makna spiritual yang mendalam. Umat Hindu menyiapkan berbagai jenis banten kuningan, seperti:

  • Tumpeng kuning, simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

  • Endongan, anyaman janur berbentuk tas, melambangkan bekal perjalanan leluhur ke kahyangan.

  • Sampian kuning, melambangkan sinar suci Tuhan.

  • Ketupat dan buah-buahan, sebagai simbol kesuburan dan ucapan syukur.

Banten tersebut biasanya ditempatkan di pelinggih atau pura sebagai tanda penghormatan kepada roh leluhur dan Dewa Yadnya.

2. Persembahyangan dan Doa Bersama

Setelah sesajen disiapkan, umat Hindu melaksanakan sembahyang bersama. Dalam doa yang khidmat, umat memohon keselamatan, kebahagiaan, serta keseimbangan hidup antara dunia rohani dan jasmani.

Doa ini juga dimaknai sebagai bentuk penyucian diri, agar pikiran, ucapan, dan perbuatan senantiasa selaras dengan ajaran dharma.

3. Simbol Alam dan Kehidupan

Warna kuning yang mendominasi upacara Kuningan melambangkan energi matahari, sumber kehidupan dan pencerahan spiritual. Oleh karena itu, segala perlengkapan upacara menggunakan unsur warna kuning sebagai representasi dari cahaya ilahi yang menuntun manusia menuju kebajikan.

Makna Spiritual Upacara Hari Raya Kuningan

Makna utama Upacara Hari Raya Kuningan adalah ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan karunia, rezeki, dan keselamatan yang diberikan selama hidup.

Selain itu, perayaan ini juga mengandung pesan moral dan spiritual yang dalam, di antaranya:

  • Menghormati leluhur dan menjaga hubungan spiritual dengan alam gaib.

  • Meneguhkan kembali iman dan kesadaran spiritual umat.

  • Mengingatkan manusia agar selalu hidup dalam keseimbangan dan kebersihan hati.

  • Menanamkan nilai gotong royong dan keharmonisan sosial.

Melalui upacara ini, umat Hindu diajak untuk mengenali kembali hakikat hidup, bahwa segala hal di dunia hanyalah sementara dan harus dijalani dengan penuh rasa syukur dan pengabdian kepada Tuhan.

Nilai Sosial dan Budaya dalam Upacara Hari Raya Kuningan

Selain bernilai religius, Upacara Hari Raya Kuningan juga memiliki fungsi sosial dan budaya yang penting. Perayaan ini memperkuat rasa persaudaraan antarwarga, menumbuhkan semangat gotong royong, serta melestarikan warisan budaya leluhur.

Dalam konteks budaya Bali, setiap perayaan Kuningan mencerminkan keindahan seni dan tradisi—mulai dari tata cara menghias pura, pembuatan banten, hingga pelaksanaan upacara yang sarat makna estetis.

Upacara ini juga menjadi wahana pendidikan budaya bagi generasi muda, agar mereka memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang.

Pelestarian Upacara Hari Raya Kuningan di Era Modern

Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, pelestarian Upacara Hari Raya Kuningan menjadi tantangan tersendiri. Namun, pemerintah daerah Bali bersama lembaga adat dan keagamaan terus mendorong masyarakat untuk menjaga tradisi ini melalui kegiatan edukatif, festival budaya, dan digitalisasi informasi keagamaan.

Selain di Bali, umat Hindu di berbagai daerah seperti Lombok, Kalimantan, dan Jakarta juga turut melaksanakan perayaan Kuningan dengan penuh khidmat, menunjukkan bahwa nilai spiritualnya bersifat universal dan lintas daerah.

Pelestarian ini bukan hanya menjaga identitas budaya, tetapi juga memperkuat karakter spiritual bangsa Indonesia yang religius dan toleran.

Baca Juga: Filosofi Hari Raya Galungan: Kemenangan Dharma atas Adharma dan Refleksi Kehidupan Umat Hindu

Upacara Hari Raya Kuningan merupakan simbol keseimbangan antara dunia spiritual dan dunia nyata. Melalui perayaan ini, umat Hindu diingatkan untuk selalu bersyukur, menjaga keharmonisan hidup, dan menghormati leluhur yang telah memberikan teladan kebajikan.

Lebih dari sekadar ritual, Upacara Kuningan mengandung nilai-nilai universal: ketulusan, kesucian, dan kebersamaan. Pesan inilah yang membuat Hari Raya Kuningan tetap relevan dan bermakna dalam kehidupan modern hingga hari ini.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 344 Kali.