Berita Terkini

22

Tari Perang Papua, Simbol Keberanian dan Persatuan Masyarakat Adat

Papua dikenal dengan kekayaan budaya yang beragam dan unik. Salah satu warisan budaya yang paling terkenal adalah Tari Perang Papua, sebuah tarian tradisional yang menggambarkan semangat perjuangan, keberanian, dan solidaritas masyarakat adat di Tanah Papua. Asal Usul Tari Perang Tari Perang pada awalnya merupakan ritual adat yang dilakukan oleh para prajurit sebelum berangkat berperang. Melalui gerakan-gerakan yang tegas, kuat, dan penuh energi, para penari mengekspresikan semangat juang dan tekad untuk melindungi wilayah serta kehormatan suku mereka. Musik pengiring tarian biasanya berasal dari tabuhan tifa dan sorak-sorai khas Papua yang membangkitkan semangat. Baca Juga: Ragam Bahasa di Papua, Cerminan Kekayaan Budaya Indonesia Simbol persatuan dan Kebanggaan Budaya Kini, Tari Perang tidak lagi digunakan sebagai persiapan untuk berperang, tetapi telah bertransformasi menjadi simbol persatuan dan kebanggaan budaya. Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai upacara adat, festival budaya, maupun acara kenegaraan. Penampilan Tari Perang selalu berhasil memukau penonton dengan gerakannya yang dinamis dan penuh makna. Selain menggambarkan semangat keberanian, Tari Perang juga mengandung pesan moral tentang persaudaraan dan kerjasama antar-suku. Dalam masyarakat adat Papua, tarian ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati bukan hanya berasal dari keberanian individu, tetapi juga dari persatuan seluruh anggota komunitas. Upaya Pememerintah Daerah Pemerintah daerah bersama lembaga kebudayaan terus berupaya melestarikan Tari Perang sebagai warisan budaya takbenda. Berbagai pelatihan dan festival seni diadakan untuk memperkenalkan tarian ini kepada generasi muda, agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tidak hilang oleh arus modernisasi. Baca Juga: Keindahan dan Keunikan Danau di Papua, Permata Alam di Ujung Timur Indonesia Tari Perang Papua bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga identitas dan jiwa masyarakat Papua. Melalui tarian ini, dunia dapat melihat betapa kuatnya semangat, keberanian, dan persaudaraan yang mengalir dalam budaya Papua.


Selengkapnya
15

Keindahan dan Keunikan Danau di Papua, Permata Alam di Ujung Timur Indonesia

Papua tidak hanya dikenal dengan pegunungannya yang megah dan hutan tropis yang lebat, tetapi juga memiliki deretan danau yang indah dan mempesona. Danau-danau di Papua menjadi bagian penting dari ekosistem alam sekaligus memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat adat setempat. Baca Juga: Fakta! Aturan dan Batasan Ide Kampanye Digital di Indonesia Danau Sentani Salah satu danau paling terkenal di Papua adalah Danau Sentani, yang terletak di Kabupaten Jayapura. Danau ini membentang luas di kaki Pegunungan Cyclops dengan pemandangan menakjubkan. Airnya yang jernih berpadu dengan pulau-pulau kecil di tengah danau menciptakan panorama alam yang luar biasa. Setiap tahun, masyarakat setempat juga menggelar Festival Danau Sentani, yang menampilkan seni, budaya, dan tradisi khas Papua. Danau Paniai Selain Danau Sentani, terdapat juga Danau Paniai di wilayah Papua Pegunungan. Danau ini berada di ketinggian lebih dari 1.700 meter di atas permukaan laut dan dikenal dengan keindahan alamnya yang masih alami. Suhu udara yang sejuk, air danau yang tenang, serta hamparan pegunungan di sekitarnya menjadikan tempat ini seperti surga tersembunyi di Tanah Papua. Danau Memiliki Nilai Spiritual dan Kultural Bagi masyarakat adat, danau-danau tersebut bukan sekadar sumber air, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan kultural yang tinggi. Mereka percaya bahwa danau adalah bagian dari kehidupan dan leluhur yang harus dijaga serta dihormati. Oleh karena itu, banyak tradisi adat yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan penghormatan terhadap danau. Baca Juga: Ragam Bahasa di Papua, Cerminan Kekayaan Budaya Indonesia Ancaman yang Perlu di Waspadai Namun, di tengah pesatnya pembangunan dan peningkatan aktivitas manusia, ekosistem danau di Papua kini menghadapi tantangan serius. Pencemaran air, penebangan hutan, serta perubahan iklim menjadi ancaman yang perlu diwaspadai. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat terus berupaya menjaga kelestarian danau melalui program konservasi dan edukasi lingkungan. Danau-danau di Papua bukan hanya aset alam yang indah, tetapi juga warisan budaya dan sumber kehidupan bagi masyarakatnya. Menjaga keaslian dan kebersihannya berarti melestarikan jantung kehidupan di ujung timur Indonesia.


Selengkapnya
44

Ragam Bahasa di Papua, Cerminan Kekayaan Budaya Indonesia

Papua dikenal sebagai wilayah dengan keindahan alam yang luar biasa. Namun, di balik keindahan alamnya, Papua juga menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai, salah satunya adalah keragaman bahasa. Provinsi Papua dan Papua Pegunungan merupakan rumah bagi ratusan bahasa daerah yang masih hidup dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Baca Juga: Pentingnya ASN yang Berintegritas Terdapat Lebih dari 250 Bahasa Daerah yang Tersebar di Tanah Papua Menurut data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, terdapat lebih dari 250 bahasa daerah yang tersebar di Tanah Papua. Bahasa-bahasa ini digunakan oleh berbagai suku, seperti suku Dani, Mee, Asmat, Yali, Amungme, dan banyak lainnya. Setiap bahasa memiliki ciri khas tersendiri, baik dalam kosakata, pelafalan, maupun cara berkomunikasi. Bahasa di Papua Mencerminkan Identitas dan Jati Diri Masyarakat Setempat Keberagaman bahasa di Papua tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan identitas dan jati diri masyarakat setempat. Melalui bahasa, nilai-nilai luhur, adat istiadat, serta pengetahuan lokal diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa menjadi pengikat kebersamaan dan perekat sosial di tengah keberagaman suku dan budaya. Namun demikian, keberadaan bahasa daerah di Papua kini menghadapi tantangan besar. Arus modernisasi dan penggunaan bahasa Indonesia secara luas menyebabkan beberapa bahasa lokal mulai jarang digunakan, terutama oleh generasi muda. Jika tidak dilestarikan, sebagian bahasa tersebut terancam punah. Baca Juga: Wooww! Ini Dia Fakta Unik Freeport Upaya Pemerintah Daerah Pemerintah melalui berbagai lembaga kebahasaan terus berupaya melestarikan bahasa daerah di Papua dengan melakukan pendataan, dokumentasi, dan pembinaan kepada masyarakat. Sekolah-sekolah juga diharapkan dapat memperkenalkan bahasa dan budaya lokal agar tetap hidup di tengah kemajuan zaman. Keragaman bahasa di Papua merupakan salah satu bukti nyata betapa kayanya Indonesia dalam hal budaya dan identitas. Menjaga dan melestarikan bahasa daerah berarti turut melestarikan warisan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan bersama.


Selengkapnya
9

Apel KORPRI Rutin di KPU Kabupaten Pegunungan Bintang

Jayapura, 17 Oktober 2025 — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pegunungan Bintang menggelar apel rutin KORPRI yang dilaksanakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kegiatan ini menjadi bentuk komitmen KPU dalam menegakkan disiplin, integritas, dan semangat pelayanan publik di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Apel berlangsung di kantor perwakilan KPU Kabupaten Pegunungan Bintang di Jayapura dan diikuti oleh seluruh pegawai dengan mengenakan seragam batik KORPRI. Apel hari ini dipimpin oleh Jhon R. Jitmau, Kasubag SDM dan Parmas, yang dalam amanatnya menyampaikan pentingnya menjaga semangat pengabdian dan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. “Sebagai ASN KPU, kita dituntut untuk tetap disiplin, bekerja dengan hati, dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Kedisiplinan dan loyalitas adalah wujud nyata dari integritas kita sebagai bagian dari KORPRI,” ujar Jhon R. Jitmau dalam amanatnya. Dalam apel tersebut juga disampaikan penguatan nilai-nilai ASN BerAKHLAK — yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif — sebagai landasan kerja menuju birokrasi modern yang efektif dan berintegritas. Kegiatan apel diisi dengan pembacaan Ikrar KORPRI, dilanjutkan dengan doa bersama dan sesi foto bersama seluruh pegawai. Dengan semangat KORPRI, KPU Kabupaten Pegunungan Bintang berkomitmen untuk terus menghadirkan pelayanan publik yang transparan, inklusif, dan bermartabat, meskipun dihadapkan pada tantangan geografis dan sosial di wilayah pegunungan.


Selengkapnya
171

Fakta! Aturan dan Batasan Ide Kampanye Digital di Indonesia

Oksibil — Di era digital yang semakin maju, kampanye politik kini tak bisa dilepaskan dari dunia maya. Media sosial, situs web, hingga platform berbasis video menjadi ruang baru bagi para kandidat untuk memperkenalkan visi, program, dan citra diri mereka. Namun di balik kebebasan berekspresi tersebut, terdapat sejumlah aturan ketat yang mengatur aktivitas kampanye digital agar tetap berjalan adil dan etis. Regulasi Kampanye Digital Diatur oleh KPU dan Bawaslu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah menetapkan pedoman yang mengatur kampanye di media sosial. Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilu, setiap peserta pemilu wajib mendaftarkan akun resmi media sosial yang digunakan untuk kampanye kepada KPU. Hanya akun terdaftar yang diperbolehkan menayangkan konten kampanye, termasuk promosi calon, partai, atau visi-misi politik. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan akun palsu atau anonim dalam menyebarkan informasi yang menyesatkan Baca Juga: Pentingnya Sosialisasi Pemilih Pemula dalam Menyongsong Pemilu Batasan Konten: Tidak Boleh Mengandung SARA dan Hoaks KPU menegaskan bahwa seluruh konten kampanye digital harus sesuai dengan prinsip kejujuran, kesopanan, dan kebenaran informasi. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, fitnah, atau konten bermuatan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dilarang keras. Pelanggaran terhadap aturan ini dapat dikenakan sanksi administratif, bahkan pidana, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Iklan Digital Hanya Boleh Selama Masa Kampanye Kampanye berbayar di media digital — seperti iklan di YouTube, TikTok, Instagram, dan Facebook — hanya diperbolehkan selama masa kampanye resmi yang telah ditetapkan oleh KPU. Konten promosi yang muncul sebelum masa kampanye dianggap sebagai pelanggaran kampanye dini dan dapat dikenai teguran atau sanksi oleh Bawaslu. Selain itu, penyelenggara pemilu juga membatasi durasi dan format iklan digital agar tidak menimbulkan ketimpangan antara peserta dengan kemampuan finansial besar dan peserta dengan sumber daya terbatas. Baca Juga: KPU Papua Pegunungan Gelar Rapat Evaluasi Pleno Triwulan III dan Bahas Persiapan DP4 serta Pleno PDPB Triwulan IV Transparansi dan Akuntabilitas Diperlukan Peserta pemilu wajib melaporkan penggunaan dana kampanye digital secara terbuka. Setiap bentuk kerja sama dengan influencer, content creator, atau lembaga digital marketing harus dicantumkan dalam laporan dana kampanye. Transparansi ini diperlukan untuk mencegah potensi pelanggaran seperti politik uang terselubung atau manipulasi opini publik melalui kampanye berbayar yang tidak terlapor. Pentingnya Etika dalam Ide dan Strategi Digital Selain mematuhi aturan formal, etika komunikasi menjadi fondasi penting dalam menyusun ide kampanye digital. Kreativitas memang diperlukan untuk menarik perhatian publik, namun pesan politik harus tetap berorientasi pada edukasi, bukan provokasi. Kampanye digital yang sukses adalah kampanye yang tidak hanya viral, tetapi juga mampu membangun kepercayaan dan partisipasi masyarakat secara positif. Baca Juga: (internal link) Pembatasan Aktivitas dan Share Informasi pada Masa Tenang Masa tenang adalah periode penting sebelum hari pemungutan suara di mana segala bentuk kampanye, termasuk aktivitas digital, wajib dihentikan sepenuhnya. Pada masa ini, peserta pemilu, tim kampanye, maupun simpatisan dilarang membagikan ulang (re-share) konten kampanye, memposting materi promosi politik, atau mengunggah ajakan memilih calon tertentu. Bawaslu mengingatkan bahwa pelanggaran kampanye pada masa tenang, baik melalui unggahan baru maupun penyebaran ulang konten lama di media sosial, dapat dikenakan sanksi administratif hingga pidana. Pengawasan daring diperketat selama periode ini untuk memastikan ruang digital tetap netral dan kondusif menjelang pemungutan suara. Menatap Pemilu 2029: Kampanye Digital Semakin Kompleks Dengan pesatnya perkembangan teknologi, kampanye digital ke depan akan semakin kompleks. Penggunaan big data, kecerdasan buatan (AI), dan strategi mikro-targeting akan semakin dominan. Oleh karena itu, pengawasan dan pembaruan regulasi menjadi keharusan agar ruang digital tetap menjadi tempat yang sehat bagi demokrasi. Kampanye politik di dunia maya bukan sekadar soal siapa yang paling sering muncul di layar, tetapi siapa yang paling jujur, kreatif, dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi untuk kebaikan publik.


Selengkapnya
10

Pentingnya Sosialisasi Pemilih Pemula dalam Menyongsong Pemilu

Pegunungan Bintang — Kesadaran politik generasi muda menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi pemilih pemula menjadi langkah strategis untuk memastikan para pelajar dan mahasiswa memahami hak serta tanggung jawab mereka sebagai warga negara. Usia pemilih Pemula Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilih, biasanya berusia 17 hingga 21 tahun. Kelompok ini memegang peran besar karena jumlahnya terus meningkat setiap pemilu dan dapat menjadi penentu arah kebijakan masa depan bangsa. Tujuannya Untuk Memberikan Edukasi Menurut pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memberikan edukasi mengenai tata cara pencoblosan, pentingnya ikut serta dalam pemilu, hingga cara mengenali informasi politik yang benar di tengah maraknya berita bohong (hoaks). “Kami ingin memastikan bahwa generasi muda tidak hanya datang ke TPS, tapi juga paham arti dari setiap pilihan yang mereka ambil,” ujar salah satu staf KPU daerah dalam kegiatan sosialisasi di sekolah menengah atas, Kamis (16/10). Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Sosialisasi ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan partisipasi aktif generasi muda terhadap masa depan demokrasi. Melalui pendekatan yang kreatif — seperti diskusi interaktif, simulasi pemungutan suara, dan lomba cerdas cermat kepemiluan — kegiatan ini mampu menarik perhatian pelajar untuk ikut terlibat secara sukarela.   Harapan KPU KPU berharap kegiatan semacam ini terus digalakkan hingga ke pelosok daerah agar seluruh pemilih pemula di Indonesia mendapatkan pemahaman yang sama dan tidak golput. Kesimpulan: Sosialisasi pemilih pemula bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi investasi jangka panjang dalam membangun kesadaran politik generasi muda. Karena masa depan demokrasi Indonesia ada di tangan mereka.


Selengkapnya