Perayaan Galungan Umat Hindu: Momentum Kemenangan Dharma atas Adharma dan Kebangkitan Spiritualitas

Oksibil – Umat Hindu di seluruh Indonesia hari ini memperingati Hari Raya Galungan, salah satu perayaan paling suci dan bermakna dalam ajaran Hindu. Perayaan Galungan umat Hindu melambangkan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan) serta menjadi simbol kebangkitan spiritual umat manusia untuk kembali ke jalan kebenaran.

Suasana di Bali dan berbagai daerah yang memiliki komunitas Hindu tampak semarak. Deretan penjor berdiri megah di tepi jalan – bambu tinggi yang dihiasi janur, hasil bumi, dan persembahan – menjadi lambang kemakmuran dan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Makna Perayaan Galungan Bagi Umat Hindu

Bagi umat Hindu, Perayaan Galungan bukan sekadar hari raya keagamaan, melainkan momen spiritual yang mendalam. Dalam ajaran Hindu, dharma dan adharma adalah dua kekuatan yang selalu berlawanan di dalam kehidupan. Dharma melambangkan kebenaran, kesucian, dan kasih sayang, sedangkan adharma melambangkan keburukan, keserakahan, dan kejahatan.

Perayaan Galungan menandai kemenangan dharma atas adharma — bukan dalam bentuk peperangan fisik, tetapi peperangan batin yang terjadi dalam diri setiap manusia. Galungan menjadi waktu yang tepat untuk mengalahkan hawa nafsu, ego, dan keangkuhan, sekaligus memperkuat keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Asal-Usul dan Sejarah Perayaan Galungan

Sejarah Perayaan Galungan umat Hindu diyakini telah ada sejak zaman kerajaan Bali kuno, sekitar abad ke-8 Masehi. Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “menang”.
Tradisi ini pertama kali dicatat pada prasasti Blanjong Sanur, yang menyebutkan adanya upacara besar sebagai wujud rasa syukur atas kemenangan kebaikan.

Galungan dirayakan setiap 210 hari sekali, berdasarkan kalender Pawukon Bali, tepatnya pada Rabu Kliwon Dungulan. Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan, sebagai penutup rangkaian ritual spiritual tersebut.

Rangkaian Upacara Perayaan Galungan

Perayaan Galungan tidak hanya berlangsung satu hari, melainkan terdiri dari serangkaian ritual suci yang berlangsung selama beberapa hari. Setiap tahapan memiliki makna dan filosofi tersendiri:

  1. Penyekeban (Tiga hari sebelum Galungan)
    Umat mulai memusatkan pikiran dan menahan diri dari hawa nafsu duniawi. Ini merupakan tahap penyucian diri untuk menyambut kemenangan dharma.

  2. Penyajaan (Dua hari sebelum Galungan)
    Masyarakat mempersiapkan sesajen, makanan, dan perlengkapan upacara. Kegiatan dilakukan dengan penuh gotong royong dan rasa kebersamaan.

  3. Penampahan Galungan (Sehari sebelum Galungan)
    Hari untuk menundukkan sifat kebinatangan dalam diri manusia. Hewan seperti babi disembelih bukan hanya sebagai makanan, tetapi simbol pengendalian diri dari kejahatan batin.

  4. Hari Raya Galungan (Puncak Perayaan)
    Pada hari inilah umat Hindu melakukan persembahyangan di pura dan rumah masing-masing. Doa dan puja dipanjatkan sebagai ungkapan syukur atas kemenangan kebaikan.
    Rumah dan jalan-jalan dihiasi penjor, menandakan kemakmuran dan kebahagiaan.

  5. Manis Galungan (Sehari setelah Galungan)
    Hari penuh suka cita. Umat Hindu saling berkunjung ke rumah keluarga dan kerabat untuk mempererat hubungan dan saling memaafkan.

Penjor: Simbol Utama dalam Perayaan Galungan

Dalam Perayaan Galungan umat Hindu, penjor menjadi simbol yang paling menonjol. Penjor adalah bambu panjang melengkung ke depan dan dihiasi janur, hasil bumi, serta daun-daunan suci.
Secara simbolis, penjor menggambarkan Gunung Agung, tempat bersemayam para dewa. Ia juga melambangkan keseimbangan hidup antara manusia dan alam.

Ujung penjor yang melengkung ke arah tanah menunjukkan kerendahan hati manusia di hadapan Tuhan, sedangkan hiasan-hiasannya menggambarkan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.

Nilai-Nilai Spiritualitas dalam Perayaan Galungan

Makna Perayaan Galungan umat Hindu tidak hanya berhenti pada ritual, tetapi juga menyentuh nilai-nilai spiritual dan moral yang universal:

  1. Kemenangan Batin dan Kesucian Hati
    Galungan mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukanlah kemenangan fisik, melainkan kemenangan spiritual dalam menundukkan hawa nafsu dan kesombongan.

  2. Rasa Syukur dan Penghormatan kepada Leluhur
    Selama Galungan, umat Hindu mempersembahkan banten (sesajen) untuk menghormati roh leluhur yang diyakini turun ke bumi memberkati keluarga mereka.

  3. Gotong Royong dan Kekeluargaan
    Galungan memperkuat solidaritas sosial. Persiapan dan pelaksanaan upacara dilakukan bersama, menumbuhkan semangat persaudaraan dan kebersamaan.

  4. Harmoni dengan Alam dan Tuhan
    Galungan mengingatkan manusia agar selalu menjaga keseimbangan alam, memelihara lingkungan, dan menghormati setiap ciptaan Tuhan.

Perayaan Galungan di Era Modern

Di tengah kemajuan zaman dan gaya hidup modern, Perayaan Galungan umat Hindu tetap dipertahankan dengan penuh semangat. Pemerintah daerah di Bali hingga Lombok turut mendukung kelancaran perayaan ini dengan memberikan hari libur keagamaan.
Bahkan, di wilayah perkotaan, penjor dan upacara Galungan tetap digelar secara khidmat sebagai wujud pelestarian tradisi leluhur.

Generasi muda Hindu juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya selama Galungan, seperti lomba penjor, pentas seni, serta kegiatan bakti sosial. Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai Galungan terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern.

Kesimpulan: Perayaan Galungan Umat Hindu Sebagai Pencerahan Jiwa

Perayaan Galungan umat Hindu bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga momentum refleksi diri dan kebangkitan spiritual. Melalui Galungan, umat Hindu diajak untuk kembali ke jalan dharma – menegakkan kebenaran, kebajikan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari.

Kemenangan dharma atas adharma yang diperingati setiap enam bulan sekali ini menjadi simbol bahwa kebaikan akan selalu menang, selama manusia menjaga kesucian hati dan ketulusan dalam berbuat.

Dengan semangat Galungan, marilah kita terus menumbuhkan nilai-nilai kebenaran, kedamaian, dan kebersamaan – agar hidup selalu dipenuhi cahaya dharma yang abadi.

Baca Juga: Penjor Galungan: Simbol Kemakmuran, Kesucian, dan Kemenangan Dharma atas Adharma

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 126 Kali.