Kota Oksibil, Denyut Kehidupan di Ujung Timur Papua Pegunungan

Terletak di lembah hijau yang dikelilingi pegunungan tinggi, Kota Oksibil menjadi pusat aktivitas dan denyut kehidupan di Kabupaten Pegunungan Bintang. Meski udara sejuk dan pemandangan alamnya memukau, kehidupan di sini menuntut ketangguhan serta kemampuan beradaptasi. Harga kebutuhan pokok tergolong tinggi karena sebagian besar bahan pangan harus dikirim melalui jalur udara. Namun, di tengah tantangan tersebut, masyarakat tetap hidup dengan semangat gotong royong dan kearifan lokal yang kuat.

Kondisi Pasar dan Harga Pangan

Di Oksibil, sebagian besar kebutuhan pangan seperti sayur mayur masih bergantung dari Jayapura. Sayur kangkung, misalnya, dijual seharga Rp20.000 untuk lima batang, sementara sayur kol, buncis, labu, wortel, dan daun bawang berasal dari distrik terdekat di sekitar kota. Untuk minuman, harga air mineral ukuran 500 ml mencapai Rp20.000, sedangkan minuman kemasan lainnya bisa menyentuh Rp25.000. Meskipun harga-harga ini tergolong tinggi, masyarakat setempat telah terbiasa beradaptasi dengan kondisi geografis yang menantang dan jalur distribusi yang terbatas.

Kehidupan Sosial Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal di Oksibil dikenal sangat ramah dan terbuka kepada siapa pun. Tidak ada sekat antara penduduk asli dan pendatang sesuatu yang kini jarang ditemui di kota-kota besar. Di hari-hari biasa, warga telah sibuk sejak pagi: pergi ke kebun, memelihara ternak babi, bersekolah, dan bekerja. Hiburan sederhana seperti bermain wifi dengan voucher Rp10.000 per jam atau sekadar melihat pesawat datang dan pergi di bandara menjadi kegiatan yang menyenangkan. Hal-hal kecil seperti ini mampu meluluhkan rasa bosan, memberi kehangatan dan kebahagiaan sederhana bagi masyarakat yang hidup jauh dari hiruk pikuk kota besar.

Rutinitas Akhir Pekan

Setiap hari Minggu, seluruh masyarakat Oksibil beribadah di gereja masing-masing pada pagi hari. Ketika siang menjelang, suasana kota kembali hidup di sekitar bandara. Banyak warga yang berolahraga, berjalan santai, atau bermain sepak bola di lapangan aspal bandara. Bahkan, area bandara sering menjadi tempat latihan fisik bagi salah satu klub sepak bola Liga 4 asal Pegunungan Bintang. Pemandangan ini menjadi tontonan menarik yang mempererat kebersamaan warga.

Penyesuaian Diri Para Pendatang

Bagi pendatang baru, kesan pertama tentang Oksibil sering kali adalah “dingin”. Namun setelah beberapa minggu, rasa dingin itu justru berubah menjadi sejuk dan menenangkan.
Suhu di kota ini berkisar 20 derajat pada siang hari dan bisa turun hingga 16–17 derajat pada subuh hingga pukul 10 pagi. Meski cuaca berbeda dari kebanyakan daerah lain di Indonesia, para pendatang cepat beradaptasi dan menemukan ritme kehidupan baru di dataran tinggi ini.

Produk Lokal dan Semangat Kemandirian

Selain hasil pertanian dan pasokan dari Jayapura, masyarakat Oksibil juga mulai mengembangkan produk lokal sebagai sumber ekonomi. Di pasar, beberapa warga menjual hasil kebun sendiri seperti ubi jalar, kol, daun bawang, dan labu, yang tumbuh subur di dataran tinggi Pegunungan Bintang. Perempuan setempat turut melestarikan budaya melalui noken anyaman serat alami, yang tidak hanya berfungsi sebagai tas tradisional tetapi juga menjadi simbol identitas masyarakat.
Selain itu, sebagian warga juga memelihara ternak babi sebagai bagian penting dari kehidupan sosial dan ekonomi keluarga. Meski skala produksinya belum besar, upaya ini mencerminkan semangat kemandirian dan ketahanan masyarakat lokal dalam memanfaatkan potensi alam di sekitar mereka

Penutup

Kota Oksibil bukan sekadar titik di peta, tetapi potret kehidupan di ketinggian yang sarat nilai kebersamaan, keuletan, dan rasa syukur. Di tengah segala keterbatasannya, masyarakat Oksibil menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada kemewahan, melainkan pada kesederhanaan dan ketulusan hidup berdampingan.

“Bagi kami yang hidup di sini, Oksibil bukan sekadar kota kecil di atas awan, melainkan rumah yang mengajarkan arti sederhana dari kebahagiaan.”

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 39 Kali.