Buzzer Politik: Pengertian, Peran, dan Dampaknya Terhadap Demokrasi

Di tengah derasnya arus informasi politik di media sosial, buzzer politik telah menjelma menjadi kekuatan baru yang menentukan arah perbincangan publik. Namun di balik kemampuannya menggiring opini, praktik ini menimbulkan dilema antara memperluas partisipasi politik atau justru menggerus nilai-nilai demokrasi yang sehat.

Buzzer politik adalah individu atau kelompok yang dibayar untuk menyebarkan pesan di media sosial guna memengaruhi opini publik, sering kali dengan menggunakan narasi yang memecah belah, hoaks, atau informasi yang dipelintir untuk melayani kepentingan politik atau sponsor mereka. 
Fenomena ini dapat merusak demokrasi karena mengaburkan kebenaran dan mengurangi ruang untuk adu gagasan yang sehat. 

Buzzer Politik Menurut penelitian adalah aktor di media sosial yang secara profesional atau semi-profesional menyebarkan konten politik (dukungan, kampanye, oposisikan lawan) dengan tujuan membentuk opini publik.  

Artikel menjelaskan bahwa tugas mereka termasuk “menggunakan sosial media untuk menyebarkan informasi serta melakukan promosi terhadap calon dalam pemilu.  

Peran Buzzer Politik
Beberapa peran buzzer politik dalam proses politik/demokrasi:
* Membantu kampanye digital suatu pasangan calon atau partai: misalnya membuat tagar yang “viral”, mem-boost konten, memobilisasi dukungan daring.  
* Menjadi amplifier (penguat) pesan politik: mereka menyebarkan narasi yang dibangun oleh pihak tertentu sehingga menjangkau audiens lebih luas.  
* Meskipun demikian, juga berperan dalam kampanye negatif: menyebarkan “kampanye hitam”, hoaks, kampanye fitnah terhadap lawan politik.  

Dampak Buzzer Politik terhadap Demokrasi

Dampak Negatif
* Buzzer bisa menimbulkan informasi palsu, hoaks, ujaran kebencian, yang merusak ruang publik demokrasi. 
Misalnya: “Akun‐akun dengan nama samaran ini sangat berbahaya.
Ini memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menyampaikan kritik dan kecaman secara tidak bertanggung jawab.”  
* Fenomena “pendengung” ini disebut sebagai ancaman terhadap demokrasi karena bisa “mengaburkan fakta di dunia maya”.  
Buzzer mampu memperkuat polarisasi sosial menciptakan kelompok yang “kami” vs “mereka”, mempersempit ruang dialog.  

* Ruang publik yang ideal untuk demokrasi terkikis: 
ketika opini publik berubah lebih dipengaruhi oleh narasi yang “termediatkan” ketimbang fakta, maka demokrasi deliberatif melemah.  

Dampak positif / Potensi
* Dalam sisi positif, jika digunakan dengan etis, buzzer bisa membantu kampanye edukasi politik, meningkatkan partisipasi publik, menjangkau kelompok kaum muda yang aktif di media sosial. (Beberapa studi menunjukkan mobilisasi melalui media sosial termasuk aktivitas buzzer)  
* Keberhasilan positif ini tergantung pada regulasi, etika, dan kesadaran publik yang tinggi.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 140 Kali.